Beranda | Artikel
SETAN, MUSUH BESAR MANUSIA
Minggu, 2 Mei 2021

Sadarkah kita, bahwa setiap diri kita memiliki musuh besar? Musuh yang sangat berkeinginan untuk menyesatkan dan mencelakakan kita. Musuh yang memiliki berbagai tipu-daya dan cara untuk mencapai tujuannya. Musuh yang kita tidak dapat melihatnya, sedangkan dia melihat kita. Musuh besar itu adalah setan!

Allah عزوجل telah memperingatkan manusia agar tidak tegoda oleh setan, sebagaimana dia telah berhasil memperdayakan kedua orang tua manusia yang pertama, Adam dan Hawa ‘alaihimas salam. Allah عزوجل berfirman :

يٰابَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (QS Al A’raf : 27).

Oleh karena itulah dengan rahmatNya, Allah عزوجل memerintahkan manusiauntuk menjadikan setan sebagai musuhnya, karena memang hakikatnya setan adalah musuh nyata manusia. Dia berfirman :

اِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗ

Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan[1] setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (QS Fathir : 6).

Sedangkan tindakan seseorang terhadap musuhnya telah jelas, yaitu berusaha dengan segenap kemampuan agar segala keburukan menimpa musuhnya dan segala kebaikan terlepas darinya.

Imam Ibnul Qayyim t mengomentari ayat di atas dengan perkataan: “Perintah Allah untuk menjadikan setan sebagai musuh ini sebagai peringatan, agar (manusia) mengerahkan segala kemampuan untuk memerangi dan melawan setan. Sehingga setan itu seolah-olah musuh yang tidak pernah berhenti dan tidak pernah lalai”.1)

Memang setan merupakan musuh yang tidak pernah berhenti dan tidak pernah lalai. Bahkan selalu menyertai dan menghadang manusia di atas setiap jalan kebaikan. Karena memang pada setiap diri manusia itu ada setan dari kalangan jin yang berusaha menyesatkannya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Tidaklah seorangpun di antara kamu kecuali disertakan padanya jin yang selalu menyertainya”. Para sahabat bertanya,”Kepada Anda juga wahai Rasulullah?” Beliau menjawab,”Juga kepada saya, tetapi Allah membantuku melawannya, sehingga dia masuk Islam. Maka dia tidak memerintahkanku kecuali dengan kebaikan”. (HSR Muslim, no. 2814; Ahmad; dan lainnya, dari Abdullah bin Mas’ud).

Musuh besar manusia ini, selain tidak dapat dilihat, juga diberi berbagai kemampuan oleh Allah عزوجل yang dia gunakan sebagai sarana untuk menyesatkan manusia. Itu semua merupakan ujian dan cobaan bagi manusia. Maka hamba yang ingin selamat, ia perlu mengetahui berbagai rintangan setan, sehingga selamat dari jerat dan perangkapnya.

TAHAPAN RINTANGAN SETAN 2)

Tujuh rintangan setan ini asalnya dari penjelasan Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah di dalam kitab Madarijus Salikin (1/185-18188), Penerbit Darul Hadits, Kairo, Th. 1424 H / 2003 M.

Setan berkehendak mengalahkan manusia dengan tujuh rintangan. Sebagian rintangan ini lebih berat dari yang lainnya. Dia tidak akan beralih dari rintangan yang berat kepada yang di bawahnya, kecuali jika dia tidak mampu mengalahkan manusia pada rintangan tersebut. Tujuh rintangan ini ialah:

  1. RINTANGAN KEKAFIRAN.

Yaitu kekafiran kepada Allah, agamaNya, pertemuan denganNya, sifat-sifat kesempurnaanNya dan kepada apa yang diberitakan oleh para rasul dariNya. Jika setan dapat mengalahkan manusia pada rintangan ini, maka padamlah api permusuhannya, dan dia dapat beristirahat. Karena, jika manusia sudah kafir, maka dia akan menemani setan di dalam neraka jahannam, kekal selamanya-lamanya. Allah عزوجل berfirman :

كَمَثَلِ الشَّيْطٰنِ اِذْ قَالَ لِلْاِنْسَانِ اكْفُرْۚ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّنْكَ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ رَبَّ الْعٰلَمِيْنَ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَآ اَنَّهُمَا فِى النَّارِ خٰلِدَيْنِ فِيْهَاۗ وَذٰلِكَ جَزٰۤؤُا الظّٰلِمِيْنَ ࣖ

(Bujukan orang-orang munafik kepada orang-orang kafir itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata pada manusia “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam”. Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya(masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zhalim. (QS Al Hasyr :16, 17).

Alangkah banyak manusia yang telah dijerumuskan setan ke dalam jurang kekafiran ini. Berbagai jenis kemusyrikan melanda manusia dengan hebatnya. Sikap kemunafikan dianut banyak kalangan untuk mendapatkan kenikmatan dunia yang fana. Mendustakan berita Allah dan RasulNya, bahkan memperolok-oloknya terjadi di mana-mana.

Jika manusia dapat melewati rintangan ini dengan selamat, karena membawa cahaya keimanan, setanpun memburunya dengan tahapan selanjutnya, yaitu:

  1. RINTANGAN BID’AH.

Bid’ah ini dapat berupa aqidah (keyakinan) yang menyelisihi kitab Allah dan Sunnah RasulNya. Atau berupa peribadatan yang tidak diizinkan oleh Allah. Atau berupa perkara lainnya yang termasuk cakupan agama.

Imam Asy Syatibi t berkata: “Bid’ah adalah suatu jalan di dalam agama yang dibuat-buat, menyerupai syari’at. Meniti jalan tersebut dengan niat berlebihan-lebihan di dalam beribadah kepada Allah عزوجل “. Atau, bid’ah adalah suatu jalan di dalam agama yang dibuat-buat, menyerupaisyari’at, meniti jalan tersebut dengan niat sebagaimana meniti syari’at.

Menjerumuskan manusia ke dalam bid’ah lebih disukai setan daripada menjerumuskan manusia ke dalam maksiat. Karena bid’ah itu menentang agama, dan pelakunya tidak diharapkan bertaubat. Karena dia menganggap bid’ah itu sebagai kebenaran dan ibadah. Maka bagaimana mungkin seseorang diharapkan meninggalkan kebenaran dan ibadah? Telah masyhur perkataan Sufyan Ats Tsauri tentang hal ini:

Bid’ah itu lebih disukai oleh iblis daripada maksiat.Terkadang orang bertaubat dari maksiat, tetapi (sulit diharapkan) orang bertaubat dari bid’ah. (Riwayat Al Lalikai, Al Baghawi, Ibnul Jauzi, dan lainnya).

Jika manusia dapat selamat dari rintangan ini, berpegang teguh dengan cahaya Sunnah dan hakikat mutaba’ah (mengikuti Sunnah dengan sebenarnya), serta meniti jalan Salafush Shalih, maka setan memburunya dengan tahapan berikutnya, yaitu:

  1. RINTANGAN DOSA-DOSA BESAR.

Tahapan selanjutnya, setan berusaha menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa besar, perbuatan-perbuatan keji dankemungkaran. Allah berfirman :

۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ وَمَنْ يَّتَّبِعْ خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ فَاِنَّهٗ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِۗ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. (QS An Nur : 21).

Jika setan telah berhasil menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa besar, maka dia akan selalu menghias-hiasinya pada pandangan mata manusia. Bahkan setan berusaha menangguhkan keinginan manusia yang akan bertaubat.

Dia juga membukakan pintu bid’ah irja’ (Murji’ah) kepadanya. Setan akan berkata kepadanya: “Iman itu hanyalah keyakinan dalam hati, maka amalan itu tidak akan merusakkannya. Baik amalan kefasikan atau kemaksiatan!” Setan juga akan membisikkan kesesatan lainnya, seperti: “Dosa itu tidak akan membahayakan tauhid, sebagaimana kebaikan tidak akan bermanfaat dengan adanya syirik”.

Jika hamba dapat melewati rintangan ini dengan penjagaan Allah dan dengan taubat nasuha (yang sebenarnya), maka setan akan memburunya dengan rintangan selanjutnya.

  1. RINTANGAN DOSA-DOSA KECIL

Setan akan membisikkan kepada manusia dengan kata[1]kata: “Dosa-dosa kecil tidak masalah bagimu, selama engkau menjahui dosa-dosa besar.” Atau dengan kalimat: “Tidakkah engkau tahu, dosa-dosa kecil itu otomatis terhapus dengan ditinggalkannya dosa-dosa besar, atau terhapus dengan perbuatan-perbuatan ketaatan?”

Setan akan selalu menjadikan orang tersebut meremehkan dosa-dosa kecil, sehingga dia akan terus-menerus melakukannya. Padahal orang yang melakukan dosa besar, lalu dia takut kepada Allah, menyesali dosanya, dan bertaubat darinya, lebih baik daripada orang yang terus-menerus melakukan dosa-dosa kecil.

Rasulullah ﷺ telah memperingatkan umatnya tentang dosa-dosa kecil dengan sabdanya:

 Jauhilah dosa-dosa yang dianggap kecil, karena dosa-dosa itu akan berhimpun pada seseorang sehingga akan membinasakannya. (HR Ahmad V/331; Ar Ruyani di dalam Musnad-nya XXIX/197- 198; Al Baihaqi di dalam Asy Syu’ab, II/384/1. Lihat Silsilah Ash Shahihah, no. 389, karya Al Albani).

Jika seseorang selamat dari rintangan ini, karena selalu mewaspadai dirinya dan selalu bertaubat, maka setan akan mengejarnya dengan rintangan berikutnya.

  1. RINTANGAN PERKARA-PERKARA YANG MUBAH.

Setan akan berusaha menyibukkan manusia melakukan perbuatan[1]perbuatan mubah, sehingga lalai untuk memperbanyak ketaatan, dan tidak bersungguh-sungguh mencari bekal untuk akhiratnya. Allah عزوجل mengingatkan dengan firmanNya :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS Al Munafiqun : 9).

Dari sini, setan akan menyeret manusia untuk meninggalkan amalan[1]amalan mustahab (sunnah), lalu meninggalkan yang wajib. Atau paling tidak setan berhasil menghalangi manusia meraih pahala yang besar dan derajat yang tinggi di surga.

Alangkah banyaknya manusia pada zaman ini yang telah tersungkur dengan rintangan setan ini, terjatuh ke dalam jurang kelalaian dan tidak pernah terlintas untuk menyiapkan bekal yang cukup untuk akhiratnya.

Berapa banyak manusia sibuk berolah-raga, lalai kalau malakul maut segera menjemputnya? Berapa banyak manusia tenggelam dalam kesenian, lupa bekal untuk akhiratnya? Berapa banyak manusia larut dalamhiburan, sehingga menyia-nyiakan waktunya? Berapa banyak manusia menekuni ilmu dunia semata, mengabaikan ilmu agamanya?

Padahal jika manusia mengetahui nilai kenikmatan akhirat dan berbagai kesenangan yang telah disiapkan oleh Allah عزوجل bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih, pastilah dia akan sangat menjaga waktunya, mengisi nafas-nafas hidupnya dengan amal-amal shalih dan berlomba-lomba meraih karuniaNya.

Allah عزوجل berfirman:

اِنَّ الْاَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍۙ عَلَى الْاَرَاۤىِٕكِ يَنْظُرُوْنَۙ تَعْرِفُ فِيْ وُجُوْهِهِمْ نَضْرَةَ النَّعِيْمِۚ يُسْقَوْنَ مِنْ رَّحِيْقٍ مَّخْتُوْمٍۙ خِتٰمُهٗ مِسْكٌ ۗوَفِيْ ذٰلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنٰفِسُوْنَۗ

Sesungguhnya orang-orang yang berbakti itu benar-benar dalam kenikmatan yang besar (surga). Mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan hidup mereka yang penuh kenikmatan. Mereka minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya). Laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba. (QS Al Muthaffifin : 22-26)

Jika manusia selamat dari rintangan ini, maka setan akan mengejarnya dengan rintangan lainnya.

  1. RINTANGAN AMALAN-AMALAN KETAATAN YANG TIDAK UTAMA.

Ketika setan tidak berhasil merugikan manusia dengan rintangan-rintangan di atas, dan manusia tetap melakukan amalan-amalan shalih, maka setan berusaha menghalanginya dari kesempurnaan dan keutamaan amalan.

Setan menjadikan manusia sibuk dengan amalan-amalan yang tidak utama, sehingga tidak mendapatkan yang utama. Sibuk dengan amalan yang dicintai Allah, sehingga tidak mendapatkan yang lebih dicintai. Sibuk dengan amalan yang sedikit pahalanya, sehingga tidak mendapatkan yang lebih besar pahalanya.

Padahal jika manusia menyadari umurnya yang pendek, sedangkan dia membutuhkan bekal yang cukup untuk perjalanannya yang panjang menuju keridhaan Allah عزوجل , maka dia akan memilih amalan-amalan yang bernilai tinggi di sisi Allah. Di sini akan kami sebutkan beberapa amalan yang memiliki keutamaan yang besar, yang dapat dilakukan oleh setiap orang.

  • a. Penghulu istighfar.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Penghulu istighfar ialah engkau mengatakan “Allahumma anta Rabbi la ilaha illa anta…” (artinya, Wahai Allah, Engkau adalah Penguasaku, tidak ada yang diibadahi kecuali Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hambaMu. Aku berada di atas perjanjianMu dan janjiMu semampuku. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan yang telah aku kerjakan. Aku mengakui nikmatMu kepadaku, dan aku mengakui dosaku kepadaMu, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni seluruh dosa, kecuali Engkau). Beliau bersabda, ”Barangsiapa yang mengucapkannya pada waktu siang dengan meyakininya, lalu dia mati pada hari itu sebelum sore, maka dia termasuk penghuni surga. Dan barangsiapa yang mengucapkannya pada waktu malam dengan meyakininya, lalu dia mati sebelum subuh, maka dia termasuk penghuni surga. (HR Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, dan lainnya dari Syaddad bin Aus).

Kalau kita mengetahui keutamaan penghulu istighfar ini, maka alangkah ruginya jika kita tidak istiqamah mangamalkannya. Hendaklah kita rutinkan membaca istighfar ini, sebelum dikejutkan kedatangan kematian yang tiba-tiba.

  • b. Meraih pahala membaca Al Qur’an 30 juz setiap malam.

Rasulullah ﷺ besabda:

Apakah salah seseorang di antara kamu tidak kuat membaca sepertiga Al Qur’an pada satu malam? Maka para sahabat bert anya, ”Siapa di antara kita yang mampu melakukan nya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Allahul Wahidush Shamad (yakni surat Al Ikhlash) sepertiga Al Qur‘an”. (HR Bukhari, Malik, Ahmad, Abu Dawud, An Nasa-i, dari Abu Sa’id Al Khudri).

Alangkah mudahnya meraih pahala membaca Al Qur’an 30 juz, bagi orang yang dimudahkan oleh Allah. Mengapa kita sia-siakan kesempatan emas ini? Berapa banyak pahala khatam Al Qur‘an yang telah kita tinggalkan?

  • c. Keutamaan shalat jama’ah di masjid.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Shalat jama’ah melebihi shalat sendirian sebanyak 27 derajat. (HR. Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Umar)

Jika shalat berjama’ah di masjid bagi laki-lakimelebihi shalat sendirian sebanyak 27 derajat, mengapa sebagian kita lebih mementingkan dunia yang fana ini, ketika mendengar panggilan untuk melaksanakan shalat dan mendapatkan keberuntungan?

  • d. Keutamaan shalat tathawwu’ (sunnah) di rumah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

Shalat tathawwu’ (sunnah) seseorang (di dalam rumahnya) yang tidak dilihat oleh orang lain sebanding 25 derajat shalatnya di hadapan orang lain. (HR Abu Ya’la dari Shuhaib Ar Rumi, dishahihkan oleh Al Albani di dalam Shahih Al Jami’ush Shaghir, no. 3821).

Keutamaan shalat berjamaah di masjid dan shalat tathawwu’ di rumah ini telah banyak disia-siakan oleh kaum Muslimin. Banyak yang meninggalkan shalat berjamaah di masjid. Kemudian kebanyakan yang shalat berjamaah di masjid, melakukan shalat sunnah rawatib di masjid di hadapan orang banyak. Tidakkah mereka sayang dengan hilangnya 25 derajat yang dijanjikan Rasulullah? Yaitu jika dia shalat di rumah dengan tanpa ada yang melihatnya? Terlebih laghal itu lebih menjaga keikhlasan niatnya. Dan lain-lain amalan utama yang telah dijelaskan oleh Allah dan RasulNya. Akan tetapi siapakah yang dapat mencapai tingkatan ini? Mereka jumlahnya sedikit saja, karena mayoritas manusia telah dikalahkan oleh setan pada rintangan-rintangan sebelumnya. Sehingga tidaklah melewati rintangan ini, kecuali orang yang memiliki keyakinan, keikhlasan, ilmu, dan mendapatkan taufiq dari Allah عزوجل . Pada tahapan ini, setan pun melancarkan jurusnya yang terakhir:

  1. RINTANGAN GANGGUAN.

Rintangan terakhir ini pasti akan menimpa manusia yang telah melewati semua rintangan di atas. Seandainya ada yang selamat, pastilah para rasul dan nabi Allah selamat darinya.

Pada fase ini, setan mengerahkan bala tentaranya. Melakukan berbagai gangguan dengan tangan, lisan, dan hati. Gangguan tersebut akan menimpa hamba sesuai dengan kadar keimanan dan kebaikannya. Semakin tinggi kedudukannya, semakin besar dan berat cobaan yang diterimanya.

Rasulullah ﷺ bersabda : Dari Mush’ab bin Sa’d, dari bapaknya, dia berkata: “Aku berkata,’Wahai Rasulullah. Siapakah manusia yang paling berat musibahnya?’.” Beliau menjawab,”Para nabi, kemudian yang lebih sebanding (dengan para nabi), kemudian yang lebih sebanding (dengan mereka).” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad, Ad Darimi, dan lain-lain. Lihat kitab Manhajul Anbiya’ Fid Dakwah Ilallah, hlm. 49-50, karya Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali).

TIPU DAYA SETAN MENYESATKAN MANUSIA

Dalam menjalankan aksinya, setan tidak bersikap polos dan sederhana. Yaitu dengan terang-terangan mengajak manusia menuju berbagai kesesatan dan kekafiran, lalu menjerumuskan ke dalam neraka. Kalau demikian, maka manusia akan menjauhinya, sebelum berhasil tujuannya. Setan memiliki berbagai metode tipu daya untuk menyeret manusia menuju jurang kekafiran dan kemaksiatan, sampai manusia tidak menyadari bahwa sesungguhnya dia telah mengikuti langkah setan.

Di antara metode tipu daya setan tersebut ialah :

  1. MENGHIASI KEBATILAN DAN KEMAKSIATAN.

Setan telah bersumpah di hadapan Allah -Ta’ala- , bahwa dia akan menjerumuskan manusia dengan cara menghiasi kebatilan, sehingga kebatilan itu nampak sebagai kebenaran.

Allah berfirman :

قَالَ رَبِّ بِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى الْاَرْضِ وَلَاُغْوِيَنَّهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

 Iblis berkata : “Ya, Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (QS Al Hijr :39).

Contoh tipu-daya ini, sebagaimana telah dilakukan oleh setan terhadap orang-orang kafir Quraisy dalam peperangan Badar. Dalam Al Qur’an Allah berfirman:

وَاِذْ زَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطٰنُ اَعْمَالَهُمْ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ الْيَوْمَ مِنَ النَّاسِ وَاِنِّيْ جَارٌ لَّكُمْۚ فَلَمَّا تَرَاۤءَتِ الْفِئَتٰنِ نَكَصَ عَلٰى عَقِبَيْهِ وَقَالَ اِنِّيْ بَرِيْۤءٌ مِّنْكُمْ اِنِّيْٓ اَرٰى مَا لَا تَرَوْنَ اِنِّيْٓ اَخَافُ اللّٰهَ ۗوَاللّٰهُ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ࣖ

Dan ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan: “Tidak ada seorang manusia yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu”. Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihatmelihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata : “Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu; sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat; sesungguhnya saya takut kepada Allah”. Dan Allah sangat keras siksaNya. (QS Al Anfal : 48).

Termasuk dalam hal ini ialah tipu daya Iblis kepadaNabi Adam dan Hawa. Iblis menjadikan indah larangan Allah kepada Adam, yang berupa makan dari sebuah pohon di surga, dengan menyatakan bahwa dengan memakannya, maka Adam dan Hawa akan menjadi malaikat sehingga akan tinggal kekal di dalam surga.

 Lihatlah sepak terjang para pengikut setan pada zaman ini. Mereka menyerukan agar wanita keluar rumah dengan pakaian mini dan ketat, dengan mengatas namakan kebebasan. Menyerukan pembuatan patung dan gambar makhluk bernyawa, dengan nama seni rupa. Menyerukan riba dengan nama bunga dan keuntungan.

  1. IFRATH (GHULUW, MELEWATI BATAS) DAN TAFRITH (TAQSHIR, MENGURANGI).

 Allah عزوجل memerintahkan kepada RasulNya untuk istiqamah, tetap meniti jalan yang lurus. Dia menjelaskan, cara beristiqamah ialah dengan mengikuti perintah Allah, tidak melewati batas dan tidak mengurangi. Dia berfirman :

فَاسْتَقِمْ كَمَآ اُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْاۗ اِنَّهٗ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Hud : 112).

Akan tetapi, setan mendatangi manusia dan menyimpangkan mereka dari jalan yang lurus. Sebagian Salaf mengatakan: “Tidaklah Allah memerintahkan sesuatu, kecuali setan memiliki dua hasutan. Hasutan agar melalaikan dan menyia-nyiakan (perintah tersebut), dan hasutan untuk melewati batas dan berlebihan. Setan tidak peduli, mana dari dua hasutan itu yang berhasil”.3)

Dengan tipu daya setan ini, banyak manusia telah terjerumus ke dalam jurang menyia-nyiakan perintah atau jurang melewati batas.

Sebagian manusia melalaikan kewajiban beriman kepada sifat-sifat Allah, sehingga mengingkari atau mentakwilkannya dengan batil. Sedangkan sebagian yang lain berlebihan, sehingga menyamakan sifat Allah dengan makhlukNya.

 Sebagian manusia melalaikan kewajiban beriman kepada Nabi Isa q , sehingga mereka mengingkari kerasulannya bahkan berusaha membunuhnya. Sedangkan sebagian yang lain berlebihan, sehingga menyembahnya dan mengangkatnya sebagai anak Allah. Sebagian manusia melalaikan kewajiban terhadap ulama, sehingga mereka meninggalkan perkataan dan penjelasan ulama. Sedangkan sebagian yang lain berlebihan, sehingga menjadikan perkataan ulama sebagai wahyu, bahkan terkesan dilebihkan dari firman Allah dan sabda RasulNya.

  1. MENGHALANGI DARI KETAATAN

Rasulullah ﷺ telah memberitahukan dan mengingatkan kepada umatnya, bahwa setan berusaha mencegah manusia dari berbagai ketaatan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits di bawah ini:

Dari Sabrah bin Abi Fakih, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya setan telah bersiap-siap menghalangi manusia di seluruh jalan-jalannya. Setan bersiap-siap menghalangi manusia di jalan Islam, dia (setan) berkata,’Apakah engkau akan masuk Islam dan meninggalkan agamamu, agama bapak-bapakmu dan agama nenek-moyangmu?’, lalu manusia itu tidak mentaati setan dan dan dia masuk Islam.

Lalu setan bersiap-siap menghalangi manusia di jalan hijrah, dia (setan) berkata,’Apakah engkau akan berhijrah dan meninggalkan bumimu dan langitmu?’ Orang yang berhijrah itu seperti seekor kuda yang digembalakan dengan diikat pada tali yang ditambatkan. Lalu manusia itu tidak mentaati setan dan dia berhijrah.

Lalu setan bersiap-siap menghalangi manusia di jalan jihad, dia (setan) berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya jihad itu berat bagi jiwa dan harta. Engkau akan berperang, kemudian engkau akan terbunuh. Istrimu akan dinikahi dan hartamu akan dibagi’, lalu manusia itu tidak mentaati setan dan dan dia berjihad”.

Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: “Barangsiapa di antara mereka (manusia) melakukan hal itu, kemudian dia mati (yakni, mati secara wajar, Pen), merupakan kewajiban Allah untuk memasukkannya ke dalam surga. Atau dia terbunuh (di dalam jihad, Pen), merupakan kewajiban Allah untuk memasukkannya ke dalam surga. Jika dia tenggelam (lalu mati, Pen), merupakan kewajiban Allah untuk memasukkannya ke dalam surga. Atau dia diinjak oleh binatangnya (sehingga mati, Pen), merupakan kewajiban Allah untuk memasukkannya ke dalam surga.

(HR Ahmad, 3/483; An Nasa-i, 6/21-22; Ibnu Hibban, no. 1601. Syaikh Ali Al Halabi berkata: “Sanadnya hasan”. Lihat Mawaridul Aman Al Muntaqa Min Ighatsatul Lahfan, hlm. 162).

  1. MEMBERI JANJI DAN ANGAN-ANGAN.

 Allah telah memperingat kan, salah satu tipu daya setan ialah dengan memberi janji dan angan-angan. Dia berfirman:

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيْهِمْۗ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطٰنُ اِلَّا غُرُوْرًا

Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan anganangan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. (QS An Nisa‘ : 120).

Setan menebar janji-janji palsu dan angan-angan manis, sehingga banyak manusia terperosok di dalamnya. Setanmembisikkan kepada Adam dan Hawa, bahwa keduanya akan kekal di dalam surga, asalkan mereka menerjang larangan Allah, memakan buah terlarang. Namun kenyataannya, keduanya diusir dari dalam surga dan diturunkan di muka bumi, gara-gara kemaksiatan tersebut.

Setan mendorong suku Quraisy untuk maju dalam perang Badar melawan umat Islam, dia menjanjikan akan menolong mereka dan memberikan angan-angan kemenangan. Namun kenyataannya, setan lari terbirit-birit ketika dia melihat pertolongan Allah datang kepada umat Islam. Hancurlah pasukan Quraisy dalam peperangan tersebut.

Setan juga membisikkan janji kepada manusia yang tamak terhadap dunia, bahwa umurmu masih panjang, hidup hanya sekali, engkau harus menikmati kesenangan dunia ini, engkau harus berjuang meraih kemewahan hidup sebagaimana orang-orang lain yang telah berhasil. Akhirnya orang itupun lalai terhadap akhirat, padahal maut selalu mengintainya setiap saat, sesal pun datang saat dia sedang sekarat.

  1. MENAMPAKKAN NASIHAT KEPADA MANUSIA.

Tipu daya pertama kali yang dilakukan oleh Iblis, nenek moyang setan, adalah dengan sumpah palsu. Bahwa dia benar-benar menghendaki kebaikan untukmereka. Perhatikan firman Allah tentang bujukan dahsyat Iblis kepada Adam dan Hawa, untuk bermaksiat kepada Allah Yang Maha Pemurah:

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ وَقَاسَمَهُمَآ اِنِّيْ لَكُمَا لَمِنَ النّٰصِحِيْنَۙ

Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata: “Rabb kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya: “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua”, (QS Al A’raf : 20, 21).

Muththarrif bin Abdullah mengatakan: “Iblis berkata kepada keduanya,’Aku telah diciptakan sebelum kamu berdua. Aku lebih mengetahui daripada kamu berdua. Ikutilah aku. Aku akan membimbingmu’. Iblis bersumpah (dengan menyebut nama Allah) kepada keduanya. Seorang mukmin hanyalah tertipu karena Allah”. 4)

Kemudian metode Iblis ini diikuti oleh para pengikut-pengikutnya. Mereka mengajak menuju kepada kekafiran dan kemaksiatan, namun dengan menampakkan bahwa mereka menghendaki kebaikan. Perhatian firman Allah tentang orang-orang munafik, yang termasuk pengikut Iblis:

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab,”Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS Al Baqarah : 11, 12).

  1. BERANGSUR-ANGSUR DALAM MENYESATKAN.

Manusia memiliki fitrah yang baik. Sehingga, jika setan mendatangi manusia dan mengajaknya dengan terang-terangan menuju kesesatan dan kemaksiatan, tentu manusia akan menolak. Oleh karena itulah, setan mengajak manusia menuju kemaksiatan dan kekafiran dengan cara sedikit demi sedikit.

Kita lihat kemusyrikan pertama kali yang dilakukan manusia di muka bumi, tidak lain ialah karena tipu daya setan secara berangsur-angsur. Perhatikan riwayat di bawah ini.

Imam Al Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas. Beliau menjelaskan, (nama-nama-red.) patung-patung yang disembah kaum Nabi Nuh q dahulu adalah nama-nama orang-orang shalih. Ketika orang-orang shalih telah wafat, setan membisikkan kepada masyarakat mereka: “Buatlah patung-patung yang didirikan di majlis[1]majlis yang mereka biasa duduk, dan berilah nama patung-patung itu dengan nama-nama mereka!”. Lalu mereka melakukan.

Pada awalnya patung-patung itu tidak disembah. Sehingga ketika orang-orang yang membuat patung itu telah mati, dan ilmu (agama) telah terhapus, patung-patung itupun disembah. (HR Bukhari, no. 4920)

Allah telah memberitakan tentang usaha setan ini di dalam kitabNya. Dia berfirman:

اَلَمْ تَرَ اَنَّآ اَرْسَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ عَلَى الْكٰفِرِيْنَ تَؤُزُّهُمْ اَزًّا ۙ

Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim setan-setan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka membuat maksiat dengan sungguh-sungguh, (QS Maryam : 83).

Tipu daya setan secara bertahap ini dapat kita lihat pada tahapan-tahapan dan rintangan-rintangan setan dalam menyesatkan manusia.

  1. MENJADIKAN MANUSIA MELUPAKAN DZIKRULLAH DAN KETAATAN.

Mengingat Allah dengan menyebut kalimat-kalimat thayyibah dengan lidah dan diiringi dengan konsentrasi hati, merupakan benteng yang kokoh dari gangguan setan. Oleh karena itu, setan berusaha menjadikan manusia melupakan dzikrullah dengan berbagai aktifitas dan kesenangan didunia ini. Manusia menjadi lalai dengan perkara-perkara yang bermanfaat baginya di dunia dan akhirat. Atau hanya mengejar kesenangan dan kebaikan dunia yang fana, dan melupakan akhirat yang kekal selama-lamanya. Allah berfirman:

اِسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ الشَّيْطٰنُ فَاَنْسٰىهُمْ ذِكْرَ اللّٰهِ ۗ اُولٰۤىِٕكَ حِزْبُ الشَّيْطٰنِۗ اَلَآ اِنَّ حِزْبَ الشَّيْطٰنِ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

Setan telah menguasai mereka, lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi. (QS Al Mujadilah : 19).

  1. MENAKUT-NAKUTI ORANG BERIMAN.

Manusia pasti menginginkan keamanan, ketentraman, kecukupan dan kebahagiaan. Hakikat itu semua akan dapat diraih, jika manusia mengikuti syari’at Allah, mentaati perintahNya dan meninggalkan laranganNya. Akan tetapi, dengan berbagai cara, setan berusaha mencegah manusia melaksanakan ketundukankan kepada Allah. Salah satunya dengan ancaman, teror, menakut-nakuti, dan semacamnya.

Ketika Allah memerintah kan infaq, setan menakut-nakuti dengan kemiskinan. Allah berfirman :

اَلشَّيْطٰنُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاۤءِ ۚ وَاللّٰهُ يَعِدُكُمْ مَّغْفِرَةً مِّنْهُ وَفَضْلًا ۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۖ

Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripadaNya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui.

(QS Al Baqarah : 268).

Ketika Allah memerintah kan jihad, setan menakut[1]nakuti dengan kekuatan musuh. Allah berfirman :

اِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benarbenar orang yang beriman. (QS Ali Imran : 175).

  1. SETAN MEMASUKI JIWA MANUSIA DARI PINTU SYAHWAT, SESUATU YANG DISUKAI OLEH MANUSIA.

Setan menyelidiki kesenangan dan kesukaan manusia. Kemudian dia akan menyesatkan manusia dari pintu tersebut. Dari situ, setan banyak berhasil menyeret manusia menuju kebinasaan.

Dahulu, Iblis mengetahui bahwa Adam dan Hawa merasa betah dan senang di dalam surga, maka dia menggoda keduanya dari jalan ini.

Allah berfirman:

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطٰنُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وٗرِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْءٰتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهٰىكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هٰذِهِ الشَّجَرَةِ اِلَّآ اَنْ تَكُوْنَا مَلَكَيْنِ اَوْ تَكُوْنَا مِنَ الْخٰلِدِيْنَ

Maka setan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata: “Rabb kamu tidak melarangmu darimendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)”. (QS Al A’raf : 20).

 Oleh karena itu, untuk menjerat manusia dan melemparkan ke dalam kehinaan dan kehancuran, setan menggunakan sarana dan media yang disukai hawa nafsu manusia. Wanita, harta, tahta, musik dan lagu-lagu mempesona, dan kesenangan lainnya, semuanya merupakan media setan untuk menyesatkan manusia.

 Dari Abdullah, dari Nabi ﷺ , Beliau bersabda:

“Wanita adalah aurat. Jika dia keluar (rumah), setan pasti akan menjadikannya menarik (indah)”. (HR Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani).

Fitnah wanita. Inilah fitnah pertama dan terbesar serta paling berbahaya bagi laki-laki. Salah satu senjata ampuh bagi setan. Rasulullah sudah memperingatkan hal ini dengan sabda beliau ﷺ :

Tidaklah aku menginggalkan fitnah, setelah aku (wafat), yang lebih berbahaya terhadap laki-laki daripada wanita. (HR Bukhari, no. 5096; Muslim, no. 2740; dan lainnya, dari Usamah bin Zaid).

Termasuk fitnah ini adalah laki-laki yang mentaati istri untuk memuaskan kesenangannya di dalam bersolek, berhias dan bersenang-senang, sehingga berusaha mendapatkan harta dengan berbagai cara, baik halal atau haram. Atau mencintai istri secara berlebihan, sehingga lebih mengutamakannya dari siapapun, bahkan orang tuanya. Atau bahkan lebih mantaati istri, daripada mentaati Allah dan RasulNya. Sehingga suami lebih memilih menemani istrinya daripada melaksanakan ketaatan, shalat berjama’ah di masjid, berjihad fi sabililah dan lainnya.

Demikian juga digunakannya wanita sebagai media iklan, atau pelicin untuk meraih jabatan, kepuasan atasan, dan tujuan duniawi lainnya. Juga para wanita yang menggunakan daya tariknya, atau bahkan menjual tubuhnya untuk mendapatkan harta. Semua itu merupakan fitnah berbahaya yang ditimbulkan wanita.

Lihatlah juga tipu daya setan lewat wanita ini. Berbagai bisnis hiburan, periklanan, koran dan majalah murahan, bahkan dalam perkantoran dan pertokoan, wanita menjadi umpan. Dalam hadits lain, beliau ﷺ bersabda:

Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku khawatirkan atas kamu. Tetapi aku khawatir atas kamu jika dunia dihamparkan atas kamu sebagaimana telah dihamparkan atas orang-orang sebelum kamu, kemudian kamu akan saling berlomba (meraih dunia) sebagaimana mereka saling berlomba (meraih dunia), kemudian dunia itu akan membinasakan kamu, sebagaimana telah membinasakan mereka. (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, dan lainnya dari Amr bin Auf Al Anshari).

  1. MELONTARKAN SYUBHAT-SYUBHAT.

Syubhat artinya samar, kabur, atau tidak jelas. Setan melontarkan penyakit syubhat kepada hati manusia. Akibatnya hal itu akan merusakkan ilmu dan keyakinannya. Sehingga jadilah perkara ma’ruf menjadi samar dengan kemungkaran. Orang tidak lagi mengenal yang ma’ruf dan tidak mengingkari kemungkaran. Bahkan kemungkinan penyakit ini menguasainya, sampai dia menyakini yang ma’ruf sebagai kemungkaran, dan yang mungkar sebagai yang ma’ruf. Yang sunnah sebagai bid’ah, dan yang bid’ah sebagai sunnah. Atau al haq sebagai kebatilan, dan yang batil sebagai al haq.5)

Penyakit syubhat ini, seperti keragu-raguan, kemunafikan, bid’ah, kekafiran, dan kesesatan lainnya. Allah عزوجل berfirman:

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَّسُوْلٍ وَّلَا نَبِيٍّ اِلَّآ اِذَا تَمَنّٰىٓ اَلْقَى الشَّيْطٰنُ فِيْٓ اُمْنِيَّتِهٖۚ فَيَنْسَخُ اللّٰهُ مَا يُلْقِى الشَّيْطٰنُ ثُمَّ يُحْكِمُ اللّٰهُ اٰيٰتِهٖۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ ۙ

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu seorang rasulpun dan tidak (pula) seorang nabi, melainkan apabila ia membaca ayat-ayat Allah, setanpun memasukkan godaan-godaan terhadap bacaannya itu, Allah menghilangkan apa yang dimaksud oleh setan itu, dan Allah menguatkan ayat-ayatNya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana, (QS Al Hajj : 52).

Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi t berkata: Yang dilontarkan setan pada bacaan Nabi ﷺ adalah keragu-raguan, bisikan-bisikan jahat yang menghalangi dari meyakini dan menerima bacaan Nabi ﷺ . Seperti, lontaran setan kepada mereka (orang[-orang kafir) bahwa Al Qur’an adalah sihir, atau sya’ir, atau dongeng orang-orang dahulu, dan bahwa Al Qur’an itu dibuat-buat dusta atas nama Allah, bukan diturunkan dari sisi Allah.6)

MARAJI’ :

1) Zadul Ma’ad, III/6.

2) Tujuh rintangan setan ini asalnya dari penjelasan Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah di dalam kitab Madarijus Salikin (1/185-18188), Penerbit Darul Hadits, Kairo, Th. 1424 H / 2003 M.

3) Mawaridul Aman, hlm. 187-188.

4) Mawaridul Aman, hlm. 186

5) Tazkiyatun Nufus, Dr. Ahmad Farid,hlm. 31.

6) Adhwaul Bayan, hlm. 1162, tafsir surat Al Hajj, ayat 52, Cet. Darul Kutub Al ‘Imiyyah.

Majalah As-Sunnah Edisi Khusus/Tahun IX/1426 H/2005 M


Artikel asli: https://majalahassunnah.net/artikel/setan-musuh-besar-manusia/